Search

2018, Nyalakan Semua Mesin, Mentri Jangan Tambah Bagasi! Read more at https://kumparan.com/rizal-calvary-marimbo/2018-nyalakan-semua-mesin-mentri-jangan-tambah-bagasi#h3SbE0fHOPTIMfKS.99

Ekonomi kita tumbuh 5 persen hingga kuartal ketiga 2017. Sampai akhir tahun ditaksir mencapai 5,1 persen saja. Jauh hari Pemerintah dan Bank Indonesia sudah memperkirakan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun tidak akan mencapai target sesuai asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Penyesuaian (APBNP) 2017, sebesar 5,2 persen.

Bahkan, Menteri Keuangan Ibu kita Sri Mulyani Indrawati bilang, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun diproyeksi sebesar 5,17 persen, atau meleset 0,03 persen di bawah target APBNP 2017. Meski begitu, angka ini lebih baik dibanding-in  pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 5,02 persen. Kalo dibanding-in dengan negara-negara lain, pertumbuhan kita masih mendingan dah. Kita engga serem yang diperkirakan sebagian haters.

Tapi juga, kita kagak istimewa banget dalam memanfaatkan momentum. Apalagi Kalo dilihat dari sisi kemampuan memanfaatkan peluang dan potensi yang tersedia, yang tidak dimiliki negara lain.  Sementara, negara-negara tetangga yang sebelumnya melesu, kini ekonominya sudah pade recovery bro, dan tumbuh signifikan. Pertumbuhan ekonomi Singapura misalnya kini tumbuh tinggi di atas perkiraan segedean 5,2 persen  pada triwulan III-2017. Gede coy. Ini merupakan pertumbuhan ekonomi yang tertinggi dalam empat tahun terakhir, negara seupil kita itu. Lonjakan pertumbuhan ekonomi Singapura didorong oleh tingginya permintaan perdagangan global, yang padahal selama ini dinilai letoy amat. Kondisi serupa juga dialami negara-negara di Asia lainnya seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, dan Taiwan.
Kenapa sih kita susah banget terbang lebih tinggi? Jawabannya simpel banget bro: tidak semua mesin secara optimal kita nyalakan atau kasih idup. Meskipun Pak Jokowi sebagai pilot andalan kita sudah berusaha membuang bagasi-bagasi yang memberatkan pesawat melalui 16 paket deregulasi, toh pesawat tidak juga terbang terlalu tinggi meskipun juga tidak terlalu rendah.
Pesawat “pertumbuhan ekonomi” Indonesia terbang landai. Tidak jeblok banget. Padahal dia semestinya bisa terbang lebih tinggi lagi dari saat ini. Kenapa bisa begitu bro? Selain tidak semua mesin dinyala-in (baca: hidupkan), ternyata beberapa menteri malah sibuk menambah bagasi. Bagasi yang sebelumnya sudah dibuang Pak Jokowi, diambil ulang isinya, terus diisi dikoper baru, lalu dinaikk-in lagi ke pesawat, dalam bentuk regulasi-regulasi penghambat investasi dan dunia usaha disisi supply pada mesin perekonomian kita. Tentu “bagasi” useless ini bergabung satu pesawat dengan kawan-kawannya sebanyak 42.000 regulasi yang sudah duluan takeoff sejak rezim sebelumnya. Sekalian reunian kali.
Makanya pertumbuhan manukaftur kita juga gak bikin happy juga. Padahal pembangunan infrastruktur kita di zaman Pak Jokowi ini udah top markotop. We love you Pak. Juga regulasi-regulasi yang membuat daya beli menurun disisi demand. Komplit dah ulah menteri yang membuat Pak Jokowi susah menaikkan pesawat terbang lebih tinggi lagi. Susahnya lagi, di depan Jokowi, menteri-menteri ini mengaku bagasinya—yang maha berat ini—penting untuk dinaikkan ke pesawat. Bahkan ada yang mengaku bagasi ini bisa membuat pesawat terbang lebih tinggi dan tahan turbulensi.
Dua Mesin
Kita fokus pada dua mesin pesawat dulu. Di kiri dan kanan. Ada dua mesin pertumbuhan utama ekonomi kita. Salah satunya mati, boro-boro terbang tinggi. Pesawat ekonomi kita akan oleng dan nyungsep. Keduanya adalah konsumsi rumah tangga dan investasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang tahun 2017 ekonomi didorong oleh: pertama konsumsi rumah tangga yang berkontribusi 57,02 persen pada kuartal I, sebesar 55,69 persen pada kuartal II, dan 55,68 persen pada kuartal III-2017. Kedua, Investasi yang berkontribusi 23,95 persen pada kuartal 1, sebesar 23,49 persen pada kuartal II, dan 23,76persen pada kuartal III-2017. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh empat sektor utama yaitu makanan dan minuman, kesehatan dan pendidikan, transportasi dan komunikasi, dan restoran dan hotel
Pada 2018, dua mesin ini, tolong Pak Jokowi harus dijaga baik-baik! Bahkan kinerja mesinnya musti ditingkatkan secara optimal. Isu penurunan daya beli tidak boleh menjadi kenyataan lagi di tahun 2018. Sisi demand ini musti dibikin kuat. Betul bahwa ada perubahan pola belanja. Tapi yang “pindah kamar” dalam berbelanja ini angkanya belum signifikan. Para immigrant shoppers ini belum mencapai 2 persen.
Indikasi pelemahan terbaca di beberapa perusahaan ritel perlu tetap diwaspadai oleh pengambil kebijakan tingkat menteri. Jangan cuman ngeles Abang menteri. Sorry neh Bang. Better instropeksi dah! Contoh di otomotif yang kerap jadi acuan. Meski penjualan Avanza dan Expander menguasai pasar roda empat, penjualan otomotif baik mobil maupun motor tidak terlalu bikin happy. Naiknya sikit bro. Data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), total penjualan mobil nasional selama Januari - November 2017 mencapai 997.745 unit.
Sementara, pada periode yang sama tahun lalu tercatat penjualan 975.315 unit. Bagaimana dengan penjualan sepeda motor? Dari data yang dirilis oleh AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), ternyata penjualan sepeda motor tahun 2017 juga ternyata tidak terlalu bikin happy. Naiknya sedikit, dari tahun 2016. Banyak yang rajin datang ke pameran, cuman ngetes doang, duduk dibelakang setir, foto-foto, selfi trus enggak beli. Pamit sama SPG-nya. Cuman update status di sosmed, supaya kesannya baru beli mobil.
Rajin Tanya Pilotnya
Bagaimana cara menghidupkan mesin pertama (konsumsi) ini pada 2018? Perkuat daya beli! Hindari kenaikkan macam-macam yang terkait konsumsi masyarakat di tahun politik ini. PLN dan Menteri Jonan jangan ngebet menaikkan tarif listrik dulu. Syahwat memperkuat kinerja lembaga sendiri ditahan dulu. Balance sheet Abang-Abang juga ada di tempat lain bro. Sesuaikan dengan kepentingan daya terbang ekonomi yang lebih besar! Rajin-rajin bertanya ke pilotnya (Pak Jokowi). Beliau lebih paham. Jangan bermanufer sendiri-sendirilah! Enggak elok gitu!
Begitu juga dengan pajak-pajak terkait perorangan baik PPN maupun PPh dan seterusnya. Malah, kita usul Ibu Menteri naikkan donk plafon Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dari saat ini Rp 4,5 juta per bulan. Sebab semakin kecil pajak yang dibayar setiap rumah tangga, warga akan memiliki uang yang cukup untuk menggerakan konsumsi, investasi, simpanan, deposito, obligasi, dan lain-alin. Pokoknya, zaman lagi susah begini, entertain abis dulu warganya Bu!
Hindari kenaikkan tarif jalan tol, tarif angkutan umum, kereta, pungutan liar dan sebagainya serta jangan lupa pertahankan tingkat inflasi yang sudah membaik. Dalam situasi “penerbangan” semacam saat ini, memang saatnya negara atau perusahaan negara pandai-pandailah mengalah sikit dari rakyatnya. Sikiiiit saja untuk menggerakan mesin “belanja” pesawat kita.  Nanti kalo mesinnya udah kuat kiri dan kanan, baru naikk-in “bagasi” lebih banyak lagi. Ini kan cuman soal seni mengendarai, pendulum, dan dialektika kepemimpinan ekonomi.
Terus, mesin kedua, jangan bikin susah dunia usaha! Investasi langsung harus ramai. Jangan cuma semarak di pasar saham dan stabil di tingkat makro ekonomi. Lantas rating (investasi) kita naik. Di “lapangan” sana, dunia usaha tahun ini (2017) ibarat ayam kesulitan bertelur emas. Meminjam istilah Bapak Dahlan Iskhan. Ada momentum. Ada peluang. Namun, lagi-lagi pengusaha tak dapat mengoptimalkannya. Sebab, Abang menteri malah doyan menambah aturan sesuka hatinya dan kerap menakut-nakuti pengusaha supaya kelihatan populis dan postingannya di-like terus. Padahal, kita ngebet mau tumbuh sampai 6 persen, dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja, tambah tax ratio, untuk atasi pengangguran.
Kaki dan tangan pengusaha jangan diikat. Pada Agustus lalu, Presiden sudah kasih warning agar anggota Kabinet Kerja tidak sembarangan mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) baru. Fakanya, Abang-Abang menteri dan Dirjen malah sibuk “melawan arus” dengan membuat Peraturan Menteri (Permen) baru, juklak, juknis, dan berbagai surat himbauan kepada struktur dibawahnya dan mitra-mitra kerjanya. Ironis memang, disaat Pilotnya berusaha membuang banyak bagasi (16 paket deregulasi), awak pesawat—menteri-menteri terkait—sibuk memasukan bagasi tambahan (reregulasi). Barangkali inilah menteri zaman now , lagi sibuk ngumpulin like dari friends dan followers. Tolong di-like dan komen bagi yang suka tulisan ini!(***)

Read more at https://kumparan.com/rizal-calvary-marimbo/2018-nyalakan-semua-mesin-mentri-jangan-tambah-bagasi#h3SbE0fHOPTIMfKS.99

Bagikan Berita Ini

0 Response to "2018, Nyalakan Semua Mesin, Mentri Jangan Tambah Bagasi! Read more at https://kumparan.com/rizal-calvary-marimbo/2018-nyalakan-semua-mesin-mentri-jangan-tambah-bagasi#h3SbE0fHOPTIMfKS.99"

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.